ASI Tetap Lebih Baik
Dokter anak penggiat ASI, dr Utami Roesli, SpA(K), IBCLC, mengungkapkan bahwa makanan bagi bayi, terutama pada 6 bulan pertama, adalah air susu ibu (ASI). Tidak ada yang bisa menggantikan kualitas nutrisi ASI bagi bayi, semahal apa pun susu formula. ” Tidak ada makanan yang dapat menggantikan ASI ” ujar Utami.
Ditambahkan oleh Utami bahwa, ASI unik karena setiap ibu akan menghasilkan ASI yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan bayinya. ASI hari ini belum tentu sama dengan ASI esok hari. ASI untuk bayi prematur tidak akan sama dengan bayi lahir cukup bulan.
Hal ini yang tidak mungkin diperoleh dari susu formula. Dari hari ke hari, komposisi susu formula tetap seperti itu, tidak ada yang berubah. Sayangnya, para ibu lupa akan kondisi ini sehingga tak sedikit yang kemudian menggantungkan susu formula bagi bayinya. Akibatnya, pemberian ASI eksklusif bagi bayi pun melorot.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 menunjukkan bahwa bayi-bayi yang mendapat ASI secara eksklusif masih sekitar 42 persen. Namun, tahun 2003, jumlah itu turun menjadi 39 persen. Di satu pihak, penggunaan susu botol mengalami kenaikan tiga kali lipat dan 10 persen menjadi 30 persen.
Kalau hal ini terus terjadi, risiko bayi mengalami sakit pasti bertambah. Pasalnya, susu formula tidak sesteril yang diperkirakan. “Susu bubuk formula bukanlah merupakan produk steril. Susu tersebut bisa terkontaminasi saat di pabrik. Belum lagi dengan sisi kehigienisan perlengkapan, seperti botol, dot, dan akses ke air bersih yang dibutuhkan untuk membuat susu formula. Dengan kata lain, kemungkinan bayi mengalami sakit menjadi lebih besar ketimbang diberikan ASI.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, air susu ibu (ASI) mengadung zat-zat yang menunjang kecerdasan bayi yang tak dapat dibandingkandengan susu formula. Itulah sebabnya, intelligent quotient (IQ) anak yang diberi ASI melejit melampaui anak-anak yang hanya diberi susu formula. Pada usia 18 bulan, bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4,3 poin lebih tinggi disbanding anak yang tak diberi ASI. Pada usia tiga tahun, makin jauh, yaitu 4-6 poin. Pada usia delapan tahun, jaraknya mencapai 8,3 poin.
()